Oleh : Anis Mubasyiroh
Dalam pidatonya Ir. Soekarno
mengatakan: “Berikan aku seribu orang tua, maka akan aku pindahkan semeru dari
akarnya. Dan berikan aku sepuluh pemuda, maka akan aku guncangkan dunia“. Dari
kalimat tersebut, kita dapat memaknai bahwa betapa pentingnya peran pemuda
sebagai generasi penerus yang memegang tongkat estafet dalam kurun waktu
beberapa puluh tahun waktu kedepan.
Untuk menghadapi masa yang
akan datang itu, pemerintah merancang sistem pendidikan sedemikian rupa agar
menghasilkan output yang sesuai dengan apa yang menjadi harapan bangsa
Indonesia terhadap kaum muda khusunya mahasiswa.
Mahasiswa dianggap sebagai kaum intelektual, para pemuda
yang terdidik, serta terbentuk menjadi insan yang siap berperan di masa
mendatang, dan akan menggantikan posisi penting dalam kehidupan ini. Mahasiswa
benar-benar menjadi harapan tanah air Indonesia menuju ke arah yang lebih baik
dari kondisi saat ini, harapan itu sangat besar. Harapan itu tidak akan muncul
pada orang-orang yang tidak dapat dipercaya.
Sebagai orang yang telah
dipercaya untuk memegang tongkat estafet bangsa Indonesia dimasa yang akan
datang, kita harus benar-benar memanfaatkan kesempatan itu dengan
sungguh-sungguh. Siapa lagi yang akan diamanahi jika kaum muda itu tidak
sanggup untuk mengadakan perubahan ke
arah yang lebih baik dari seluruh aspek kehidupan ini.
Harapan yang besar itu tidak
menjadikan seluruh mahasiswa sadar akan peran yang harus di emban selama
menjadi mahasiswa. Dengan mengamati potret mahasiswa saat ini menunjukkan
realitas yang berbanding terbalik dengan yang diharapkan, sehingga menimbulkan
kekhawatiran.
Jumlah mahasiswa Indonesia
saat ini sekitar 4,8 juta orang. Bila dihitung terhadap populasi penduduk
berusia 19-24 tahun, maka angka partisipasi kasarnya baru 18,4 persen. (kompas,
2011). Hal ini menunjukkan tidak banyak kesempatan yang dimiliki kaum muda
untuk menikmati pendidikan di perguruan tinggi.
Mahasiswa sebagai motor
penggerak perubahan. mahasiswa dikenal dengan jiwa pengorbanan yang tak kenal
lelah mempertahankan idealismenya, yang lebih substansial lagi adalah mahasiswa
mampu berada sedikit di atas kelas masyarakat karena dengan kesempatan dan
kelebihan yang dimilikinya sebagai insan yang menggunakan daya nalar yang
tinggi dan kritis terhadap berbagai
persoalan terkait dengan kemajuan bangsanya.
Melihat potensi mahasiswa yang
begitu besar, tidak sepantasnyalah peran mahasiswa yang hanya mementingkan
kebutuhan pribadi saja. Melainkan harus tetap berkontribusi terhadap bangsa dan
negaranya, bukan menjadi mahasiswa yang tanggung jawabnya hanya sebatas study
oriented.
Pernah ada pengalaman selama
mengadakan penelitian di sebuah pedesaan, yang masyarakatnya dapat
dikategorikan menuju arah transisi dari segi pola berpikirnya. Ketika kita
datang untuk mengadakan penelitian. Seorang kepala desa beserta perangkatnya
langsung menyambut kita dengan penuh antusias dan sangat menghargai kehadiran
kita.
Mereka berharap dengan status
kita yang menjadi mahasiswa dapat mengubah keadaan masyarakat dengan
permasalahan yang begitu kompleks, terutama di bidang sosial ekonominya. Mereka
berpesan agar sungguh-sungguh selama menjadi mahasiswa, agar kelak sukses dan
bisa membantu masyarakat kecil seperti
kita yang tak didengar aspirasinya.
Dari sini saya merasa sangat
kecewa terhadap diri saya sendiri, karena belum menggunakan kesempatan selama
menjadi mahasiswa dengan sungguh-sungguh, dan saya masih tergolong menjadi
mahasiswa yang study oriented serta belum berkontribusi kepada masyarakat.
Semoga dengan ini, kita bisa menjadi pembelajaran bagi kita, agar kita selalu
instropeksi dan memperbaiki keadaan mahasiswa saat ini.
Kehidupan tidak bersifat
statis, dengan mengamati realitas sosial saat ini merepresentasikan potret
mahasiswa mengalami pergeseran nilai-nilai dan tujuan dalam belajar. Mahasiswa
kini tak lagi idealis seperti dulu, yang memainkan perannya dalam belajar dan
mengabdi pada masyarakat. Saat ini mahasiswa tidak menggunakan kesempatan
belajar di perguruan tinggi dengan sungguh-sungguhh, yang lebih parah lagi
adalah dan lebih mengutamakan kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan
utama dalam hidup, dengan menghabiskan masa mudanya, uang ataupun materi hanya
untuk menuruti keinginan.
Kekerasan juga seringkali
menjadi alternatif yang memang dirancang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.
Demikian juga dalam bidang ekonomi-politik, ketimpangan ekonomi yang
melatarbelakangi masyarakat dapat menjadi pemicu terjadinya kekerasan
mahasiswa. Ketika harga-harga sembako atau BBM naik, misalnya, segenap elemen
mahasiswa merasa harus melakukan sesuatu untuk mencegah kondisi ekonomi di
masyarakat semakin buruk. Namun dengan cara yang seperti itu yang terjadi
hanyalah memperburuk keadaan, seperti perusakan, kerusuhan dan kekerasan yang
dilakukannya.
Dalam perebutan kekuasaan di
lingkungan internal mahasiswa, seperti Pemilu Raya (Pemira) di kampus,
mahasiswa melakukan upaya mobilisasi di kalangan mereka untuk mengumpulkan
suara sebanyak-banyaknya. Mobilisasi itu menggunakan taktik diantaranya dengan
pemaksaan, ancaman, teror hingga kekerasan secara fisik.
Perilaku tersebut sangat tidak mencerminkan generasi muda
yang diharapkan oleh bangsa Indonesia. Namun
tak semua mahasiswa seperti itu, masih banyak harapan untuk mahasiswa
yang benar-benar mampu menggunakan kesempatan dalam belajar dan lebih peduli
pada masyarakat seperti kita. Kita harus bisa menjadi mahasiswa yang berfungsi
secara ideal, yaitu :
Agent of Change :
Mahasiswa sebagai agen perubahan, yang mempunyai fungsi ideal, tidak hanya
menggunakan ilmunya untuk dirinya sendiri. Namun, harus mampu mengajak dan
memengaruhi orang-orang disekelilingnya untuk mengadakan perubahan ke arah yang
lebih baik dalam segala hal melalui pemikiran dan daya kritisnya yang kuat.
Iron Stock : peran
mahasiswa yang tak kalah penting adalah mahasiswa dengan ketangguhan idealismenya
akan menjadi pengganti generasi-generasi sebelumnya, tentu dengan kemampuan dan
akhlak yang mulia. Peran oraganisasi kampus dapat memengaruhi kualitas
mahasiswa, dengan adanya kaderisasi dan penanaman nilai yang baik akan
menjadikan kualitas mahasiswa yang siap untuk menggantikan peran penting
dikehidupan mendatang. Selain itu, mempelajari kesalahan-kesalahan pada
generasi masa sebelumnya adalah sangat penting, agar kedepannya dapat dijadikan
evaluasi untuk pengembangan diri.
Social Control : Peran
mahasiswa sebagai kontrol sosial terjadi ketika ada kebijakan pemerintah yang
kontra dengan kehendak masyarakat luas. Mahasiswa dengan gagasan dan ilmunya
memiliki peranan menjaga dan memperbaiki nilai dan norma sosial dalam
masyarakat. Mahasiswa harus menumbuhkan jiwa sosial yang peduli pada keadaan
rakyat yang mengalami penderitaan, ketidakadilan, dan ketertindasan. Kontrol
sosial dapat dilakukan ketika pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan yang
merugikan rakyat, maka dari itu mahasiswa bergerak sebagai perwujudan
kepedulian terhadap rakyat.
Pergerakan mahasiswa bukan
hanya sekedar turun ke jalan saja, melainkan harus lebih substansial lagi yaitu
diskusi, kajian dan lain sebagainya. Bukan hanya itu, sifat peduli terhadap
rakyat juga dapat ditunjukkan ketika mahasiswa dapat memberikan bantuan baik
secara moril dan materil bagi siapa saja yang membutuhkannya.
Moral force : kekuatan
moral adalah fungsi yang utama dalam peran mahasiswa dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Mahasiswa dalam kehidupannya dituntut untuk dapat memberikan
contoh dan teladan yang baik dan benar bagi masyarakat luas. Karena mahasiswa
adalah bagian dari masyarakat sebagai kaum intelektual yang memiliki kesempatan
untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi.
Semoga kita termasuk kaum muda
yang dapat memanfaatkan kesempatan sebaik-baiknya, bersungguh-sungguh dalam
mengemban amanah. Hidup tidak untuk main-main, dan senantiasa berbenah diri
untuk bangsa Indonesia yang lebih baik dan berdaya. Sesuai dengan Tuhan : “Dan
tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan
sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka
tidakkah kamu memahaminya?” (Q.S. Al An’aam [6]: 3).
Tulisanmu bagus nis, :) semangat menulis
BalasHapusKomentar: memang mahasiswa menyebut dirinya sebagai agent of change, namun alangkah lebih baiknya jika mahasiswa bisa menjadi "leader of change" dan iron dirubah menjadi "golden"stock. :)