Oleh Unsiyah A. Hadey
Loyalitas,
sebuah kata yang tak begitu asing ditelinga mahasiswa yang mengaku dirinya
sebagai agent of change ini. Secara
bahasa loyalitas berasal dari bahasa Inggris
Loyal yang memiliki arti setia.
Namun, secara istilah kita bisa mengartikan loyalitas adalah sikap patuh
seseorang terhadap suatu sosok maupun sistem. Sistem/aturan disini bisa diartikan
sebagai organisasi, kelompok, pekerjaan
maupun negara yang pada prinsipnya memiliki suatu aturan didalamnya.
Berbicara mengenai loyalitas ini, tak asyik rasanya
jika tidak memberikan sedikit contoh tentang loyalitas.
Contoh
ini berasal dari mantan presiden RI kita yang
pertama yaitu Soekarno. Untuk masalah loyalitas Soekarno tak diragukan lagi beliau
sangat setia membela Indonesia dan menentang keras segala bentuk penjajahan. Beliau
tidak gentar untuk melawan musuh-musuhnya dengan tak-tik dan kerjasamanya
dengan berbagai pemuda di Indonesia akhirnya dapat meraih kemerdekaan.
Contoh
lainnya dalam suatu organisasi, yaitu misalnya anda terlibat dalam
organisasi X anda selalu ikut setiap
kegiatan yang diadakan dan anda mengabdikan semua yang dibutuhkan oleh
organisasi tersebut. Anda menganggap bahwasannya organisasi yang anda jalankan
sekarang memiliki manfaat yang sangat besar terhadap anda. Mungkin, itu akan
membuat anda melatih cara berbicara anda, mendapatkan teman maupun link yang
banyak. Akan tetapi, Anda tidak saja berpikir secara demikian, anda juga harus
berbuat yang maksimal kepada organisasi yang anda jalankan dan tentunya menjaga
nama baik organisasi anda tersebut.
Naah!
dari contoh tersebut, bisa disimpulkan sedikit bahwasannya faktor penentu
seseorang menjadi loyal karena
lingkungan yang terjadi dalam pekerjaan,
kelompok, organisasi maupun negara dan
timbal balik yang ia dapatkan tersebut.
Namun,
kenyataan yang saya lihat untuk sekarang ini, beberapa bahkan banyak juga loyalitas
diartikan sebagai kesetiaan yang mengarah kepada person tidak pada suatu
aturan. Lihat saja para pejabat saat ini banyak pejabat yang masuk dalam jajaran partai tak terlepas dari sosok
yang ditampilkan. Memang dalam politik sah
- sah saja seseorang menganggap dirinya
loyal terhadap organisasi , kelompok maupun negara dikarenakan karena
pemimipinnya . Hal ini, berarti loyalitas yang dipegang seseorang ini
berdasarkan kualitas dari pemimpinnya. Namum loyalitas berdasar person
ini, jika dalam suatu politik tersebut pemimpinnya menang maka yang menjadi
pengikutnya akan menang juga (selamat), akan tetapi jika pemimpinnya kalah maka
tumbanglah para pengikutnya hal ini karena didasarkan pada faktor person
tadi.
Nah!
jika begini pertanyaan pun muncul. Apakah pemimpin juga membutuhkan loyalitas
dari pengikutnya/anak buahnya? Jawabanya sangat tegas.. IYA.. karena kembali lagi ke konsep awal loyalitas yang
berdasarkan person beriorientasi
kepada orang. Orang disini berarti tidak
hanya pemimpinnya saja namun juga pengikutnya. Misalnya saja dalam suatu negara seorang
pemimpin walaupun sudah loyal dengan negara namun ia juga membutuhkan loyalitas
dari pengikutnya agar mereka tidak mengkhianati apa yang sudah ia rencanakan (timbal
balik).
Berarti
dapat ditarik juga bahwasanya faktor penentu dari loyalitas bisa juga dari
faktor pemimpinnya/ person .J
Dan
lihatlah untuk sekarang ini lagi, Apakah orang-orang yang mengakunya memiliki
pangkat dengan sebutan pejabat memiliki loyalitas terhadap negara ini. Saya
kira “TIDAK” ( Hanya untuk beberapa saja). Bagaimana tidak, beberapa pejabat
kita yang korupsi mulai dari sektor pajak, haji, pariwisata, bulog, dan masih
banyak lainnya. Jika diteruskan seperti ini pertanyaan yang sangat besar muncul
di benak saya adalah, Kenapa mereka tidak memiliki loyalitas padahal
jelas-jelas mereka mendapatkan timbal balik yang mereka butuhkan? Apakah timbal
balik itu kurang? Apakah faktor pemimpinnya tidak memberikan rasa loyalitas
terhadapnya? Dan apakah faktor lingkungan yang mempengaruhi mereka untuk tidak
bersikap loyalitas? Kalau begitu kenapa mereka menjadi pejabat? Pertanyaan
terakhir bagi anda semua, Sudahkah anda loyal???
Semoga bermanfaat .. Trims.. Salam menulis - tak ada
ruginya berbagi J selagi dalam hal positif.
0 komentar:
Posting Komentar