Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 02 Agustus 2013

MENULIS : KEMERDEKAAN

Oleh : Nisya' Tri Yolanda

            Menulis, tak dapat dipaksakan.

Sesuatu yang ketika kau ingin melakukannya maka kau pasti melakukannya. Sebaliknya ketika kau tak sedang bergairah untuk menjamah alat tulismu maka kau juga takkan melakukannya. Menulis butuh keikhlasan. Karena hanya dengan keikhlasan, kau dapat membuat rangkaian huruf dingin nan bisu menjadi hidup. Mereka berbicara, menangis, tertawa, marah atau bahkan dapat menjelma hangat layaknya beberapa tangkai bunga krisan yang baru saja kau seduh ke dalam sebuah cangkir tua milik nenekmu, yang kau hirup aromanya, kau hisap pelan-pelan hingga terasa sampai ke hati.

            Menulis, rencana yang akan selalu meleset.

Ketika kau ingin menulis tentang “dia” nyatanya jemarimu malah menari lincah menorehkan sajak tentang “dia yang lain”. Kau takkan tahu bagaimana jadinya tulisanmu nanti, apa yang kau pikirkan di awal pasti berbeda dengan apa yang dihasilkan hati melalui tangan-tangan pasrahmu itu.

Menulis adalah kebebasan.

Menulislah seperti kau sedang mandi, lucuti semua tabir yang menutupmu. Seperti itulah menulis. Sesederhana kau melakukan apapun di kamar mandi; tak seorang pun dapat melarangnya. Menulislah seperti kau sedang berbicara dengan dirimu sendiri dalam lamunan. Ide hanya akan jadi bangkai, membusuk, karena tak kau ijinkan ia menghirup nafas kehidupan.


Menulislah, jaga kemurnian pikir serta perasaanmu, juga perasaan mereka yang ingin menulis. Karena tiada satupun kemerdekaan hakiki di dunia ini kecuali mereka yang dapat berdiri di atas pikiran dan perasaannya sendiri. Ketika kau berbeda pengertianpun – tentang menulis – dengan orang lain, maka kau hanya perlu memberi kelapangan bagi kebebasan berpikir mereka; kau benar-benar tak harus sepemikiran dengan mereka; kau hanya perlu seperasaan: perasaan saling membebaskan. Berdamailah dalam perasaan saling membebaskan. Di situlah kemerdekaan terjadi.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Daftar Blog Saya