Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 27 Agustus 2013

POLITIK, MEDIA, DAN MASYARAKAT

Oleh : Imamulhuda Alsiddiq

                Sebagaimana yang telah diketahui oleh khalayak umum mengenai eskalasi penggunaan media online yang semakin menajam dikalangan masyarakat. Facebook, twitter, BBM, dan banyak media lainnya, bukan menjadi sesuatu yang mewah ataupun rahasia kembali. Semua aspek, aktor dalam berbagai struktur sosial yang ada sudah tidak kaget akan keberadaan media-media jejaring sosial tersebut. Bahkan entitas tersebut pun tidak mengenal kualifikasi umur penggunanya.
            Penggunaan media jejaring sosial ini secara masif dikalangan masyarakat menjadi senjata yang menjanjikan bagi elit-elit politik dalam usaha merebut simpati masyarakat. Para elit politik bisa dengan mudah berinteraksi dengan para konstituen mereka dengan lebih mudah. Aspirasi atau visi dan misi pun bisa dengan mudah pula tersampaikan, dan tentunya secara tidak langsung dapat memperhemat biaya kampanye. Pemenangan Jokowi-Ahok dalam pemilukada Jakarta misalnya, menggunakan media jejaring sosial online dalam suksesinya. Mulai proses deklarasi sampai pemenangan pemilu tim sukses beberapa diantara mereka hanya perlu duduk didepan komputer dan menjalankan strategi mereka melalui facebook dan twitter. Tidak hanya Jokowi-Ahok, dalam Pemilu Presiden Amerika Serikat yang dimenangkan pasangan Obama-Bidden atas Romney-Ryan juga memanfaatkan jejaring sosial online pula. Obama menang telak atas Romney dan kandidat yang lain dengan memperoleh 50,5% suara. Sedangkan Romney berada di bawah Obama dengan 47,9% suara. Fenomena yang demikian jelas mengisyaratkan bahwa zaman post-modern benar-benar merupakan zaman cyber. Segala sesuatu sudah terfasilitasi dengan teknologi informasi ini, mulai pendidikan, roda perekonomian, sampai pada ranah politik. Setiap orang dapat dengan mudah terhubung dengan yang lain tanpa harus bertatap muka. Calon kandidat kepala daerah ataupun kepala negara dapat dengan mudah berinteraksi dengan masyarakat, mengambil simpati masyarakat, melakukan pencitraan hanya melalui media onine khususnya dan media-media lain secara umum.

Hidden Reality
Media berperan penting dalam proses dinamika perpolitikan Indonesia, entah itu bagi elit-elit politik ataupun masyarakat luas. Melalui media, tidak hanya media online, media apapun yang menjadi wadah atau sarana informasi massa, segala informasi dapat tersampaikan kepada masyarakat luas, termasuk didalamnya intrik-intrik politik. Melalui kebebasan pers sebagai salah satu representasi dari media pula, mununjukkan akan adanya proses demokratisasi di suatu negara. Dengan artian kebebasan dalam mengakses ataupun berekspresi dalam media, menyalurkan pendapat, gagasan, opini, kritikan pedas kepada pemerintah, merupakan salah satu ciri berjalannya proses demokrasi.
Akan tetapi, media pun juga mempunyai sisi-sisi gelap yang tidak semua orang dapat mengetahuinya dengan pasti apa isi dari sisi gelap tersbeut. Isi pemberitaan di media sangat tergantung pada apa yang sedang menjadi topik hangat di masyarakat. Sebelum itu, kesemua isi media yang tergantung pada apa yang menjadi topik hangat atau yang laris di masyarakat, sangat ditentukan oleh aktor-aktor media tersebut bermanuver, memoles berita sedemikian rupa, memilah berita yang sekiranya bisa menarik perhatian masyarakat. Eskalasi topik yang hangat dibicarakan dimasyarakat ditentukan bagaimana awak media memberitakan suatu peristiwa. Ada peristiwa tertentu yang sebenarnya tidak terlalu menarik perhatian masyarakat, akan tetapi oleh awak media peristiwa tersebut terus menerus dengan bertubi-tubi diberitakan, ada yang dibesar-besarkan beritanya, ada pula bagian berita yang ditenggelamkan.
Banyak peristiwa-peristiwa hukum dan politik yang sudah tidak lagi menjadi pembicaraan serius rakyat Indonesia sebagai pemegang kedaulatan negara. Peristiwa-peristiwa yang ditenggelamkan begitu saja oleh media yang memunculkan wacana-wacana baru. Mengutip salah satu pendapat teman seperjuangan dalam status facebook-nya, yang intinya bahwa media memainkan peran dengan menenggelamkan pemberitaan pembahasan RUU tertentu, yang seharusnya perlu untuk diketahui oleh publik dengan memunculkan pemberitaan yang lain yang sebenarnya secara prioritas dalam kaitanya dengan kehidupan bernegara, kurang penting.
Dengan demikian, peran media sangat besar dalam pembentukan opini publik, suksesi politik, mobilisasi masa, dan lain sebagainya. Sehingga dengan adanya media, akan muncul suatu realitas yang diketahui publik dan realitas yang ada di belakang, yang oleh publik tidak diketahui. Terminologi ini oleh Goffman dalam teori dramaturgi-nya dibahasakan dengan front stage untuk realitas yang diketahui oleh publik dan back stage untuk realitas yang tersembunyi. Media mempunyai peran besar untuk memunculkan atau tidak memunculkan realitas-realitas tersebut dihadapan publik.

Konsumen Media yang Cerdas
            Dinamika perpolitikan di Indonesia dengan ini, sedikit banyak, ada hubungan pengaruh dan mempengaruhi dengan media. Negara, partai politik, dan masyarakat sebagai bagian kecil dari proses politik, sangat memerlukan eksistensi media sebagai titik tengah dalam interaksi politik. Media setelah reformasi, gerakannya semakin bebas, bebas bermanuver, bebas memoles realitas yang didapatnya untuk disajikan kepada masyarakat. Dengan kebebasan media ini, tak ayal akan semakin memunculkan differensiasi atau varietas pemberitaan yang semakin beragam.
            Dengan posisi media dalam kancah politik terletak pada posisi yang sentral, membentuk opini publik, menebarkan wacana, memberikan suatu pencitraan, yang bisa jadi sangat beragam tersebut, dapat pula memunculkan interpretasi masyarakat yang beragam-ragam pula. Terlepas dari kemungkinan adanya sentimen subjektif setiap individu, masyarakat pun akan mempunyai penilaian terhadap fenomena politik yang terjadi melalui informasi yang disajikan oleh media. Ada media yang benar-benar menginformasikan realitas apa adanya. Ada pula media yang terlalu membesar-besarkan, dan lain sebagainya. Sehingga varietas pemberitaan media ini akan membuat pemahaman masyarakat semakin beragam pula. Masyarakat membutuhkan informasi yang benar dan valid atas atmosfer politik yang terjadi. Interpretasi dan pemahaman masyarakat penuh merupakan hak bagi masayrakat sendiri. Masyarakat bebas memberikan penilaian, dan pemahaman terkait fenomena tersebut.


            Sebagai konsumen media, setiap individu dan masyarakat perlu kiranya untuk tidak asal menelan atau mengkonsumsi informasi dari media begitu saja. Setiap individu dalam masyarakat perlu kiranya untuk benar-benar melihat dengan jeli informasi yang dikonsumsinya. Hanya berfokus pada satu media saja, tanpa memperhatikan media atau sumber yang lain, merupakan hal yang gegabah dalam mengkonsumsi informasi dari media, terlebih lagi informasi tersebut nantinya digunakan untuk memberikan penilaian. Karena dalam ilmu sosial dan politik, fenomena-fenomena tersebut bisa dilihat dari berbagai sudut pandang. Untuk itulah perlu setiap konsumen media harus cerdas dalam mengkonsumsi media, jangan hanya bertitik tolak pada satu media saja. Sumber informasi lain juga perlu dipertimbangkan dalam mencari informasi yang benar-benar komprehensif, dan tidak setengah-setengah.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Daftar Blog Saya