Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 31 Juli 2013

LAIN MANCHASTER, LAIN MILAN, LAIN MENULIS

Oleh : Aditya Prahara

Saya lelah berkali-kali menjelaskan arti off-side pada gadis saya ketika ia bertanya. Pun juga bagaimana Liga, Cup dan Liga Champion bergulir. Entah mengapa, perempuan—tanpa merendahkannya—susah mengerti arti apa yang saya sebutkan diatas. Terutama off-side. Perempuan sering kali sulit memahami arti off-side. Ya memang sepakbola lebih banyak digemari kaum adam, sehingga memang cukup menjadi hal yang tabu bagi perempuan ketika ikut menyukainya.

Kala itu saya sedang menonton pertandingan antara Italia vs Spanyol dalam Piala Konfederasi ditemani gadis saya. Ia bertanya, “Manchester City ga ikut ya?” Saya bingung menjawabnya. Lantas saya jawab pertanyaannya itu. Selesai menjelaskannya, saya mengingat kegagalan Manchester City—klub favorit saya—meraih gelas pada akhir musim 2012/2013. Ya, klub favorit saya yang menjadi juara English Premier League 2011/2012 itu gagal menjadi juara, pada The Citizens—sebutan Manchester City—terdapat banyak pemain bintang, mengingat pemilik City adalah seorang taipan Arab.

Manchester United begitu perkasa menggagahi Manchester City. Hampir selama semusim, Manchester United berada di peringkat satu klasemen EPL. Padahal, City sempat menghancurkan MU di Old Trafford—kandang Manchester United. City juga menang saat melawan Chelsea dan Arsenal—peringakt 3 dan 4 EPL—pada musim itu. Secara logika, City yang dapat mengalahkan peringkat 3 dan 4, apalagi peringkat 1, seharusnya layak menjadi juara. Tapi format liga membuat saya berfikir, bahwa konsistensi adalah kunci dari semua itu. Iya konsistensi.

Coba saja tengok, Manchester United memang konsisten kokoh berada di puncak klasemen, karena MU memang konsisten memenangi banyak laga. Sedangkan City, meski berhasil menang melawan 3 klub besar lainnya, City malah terkadang terpleset ketika melawan klub penghuni papan bawah.

Lihat pula pada ajang Piala FA, di Grand Final, City dipermalukan oleh klub penghuni papan bawah, Wigan Athletic dan lantas membuat Wigan juara Piala FA. Padahal pada akhir musim, Wigan harus terdagradasi ke liga kasta 2 di Inggris.

Ya, City memang tampil tidak konsisten. Untuk menjadi juara, sebuah tim harus menghadirkan kemenangan. Konsisten untuk meraih kemenangan dan juga faktor keberuntungan menjadi penentu. Saya tentu kecewa melihat klub favorit saya tidak tampil konsisten.
Jauh di seberang daratan Eropa, tepatnya Eropa Selatan, Liga Italia menjadi sorotan. Selain prestasi liga yang memburuk, Juventus sangat perkasa pula dengan menjadi juara dan hampir sepanjang musim berada di puncak klasemen. Tapi, jangan kira Juve tak terkalahkan. Juve pernah dipermalukan Inter Milan di Juventus Arena—kandang Juve. Dengan hal ini seharusnya Inter bisa menjadi juara. Tapi apa hasilnya? Inter terperosok di peringkat 9. Lain halnya dengan klub rival sekota Inter, AC Milan. Milan yang pada awal musim tampil mengecewakan dengan menghuni papan bawah, berhasil melesat ke peringkat 3. Jawaban atas semua ini adalah konsistensi. AC Milan memang berhasil tampil lebih konsisten daripada Inter Milan.

Manchester yang terbagi atas dua kubu; United dan City merasakan hal berbeda. Begitu juga dengan Milan. AC Milan dan Inter Milan yang sama-sama berada di Kota Milan, memiliki hasil yang berbeda. Konsistensi adalah kunci dari semuanya. Tanpa konsistensi, jangan harap, posisi kita akan berada di atas.


Saya pun juga kecewa pada diri saya sendiri. Selama ini saya tidak konsisten dalam menulis. Hal ini membuat saya jatuh terperosok jauh di bawah.

Senin, 29 Juli 2013

MENULIS, MENULIS, MENULIS

Oleh : Isra Yuda

Satu dari sekian banyak keajaiban di dunia adalah buku. Lembaran kertas yang saling menumpuk dan berisi jutaan kata - kata. Keajaiban buku terletak pada isi sekaligus manfaat yang ada. Melalui buku, kata - kata dirangkai menjadi kalimat, diikat dengan tinta dalam bidang datar yang tipis. Pena mengukir huruf demi huruf oleh tangan manusia. Kata yang terangkai merupakan bentuk seni indah yang sangat unik dan orisinil.

Setiap bentuk huruf yang ditulis tangan manusia selalu berbeda satu sama lain. Penulis selalu memiliki gaya huruf yang berbeda - beda. Buku tidak hanya memuat kata, namun juga gambar, angka, garis, bentuk, bahkan simbol. Begitu banyak simbol yang dapat ditulis hingga tak pernah habis tinta dan pena untuk mengukirnya dalam kertas - kertas. Bahkan Tuhan pun menulis kepada hamba di dunia. Bahkan Tuhan, berkomunikasi dengan makhluknya melalui tulisan.

Sebuah tulisan adalah ungkapan, adalah pikiran, adalah rasa, adalah karya. Tulisan selalu dapat mewakili baik pikiran maupun karakter penulis. Membaca tulisan merupakan bentuk lain dari dialog. Hanya saja kita tidak secara langsung berhadapan dengan penulis. Membaca artinya menyelami pikiran, pesan, rasa dan karakter penulis. Huruf, goresan, kalimat, kata, gambar, paragraf, baris, semua itu adalah satu kesatuan utuh. Ibarat tubuh yang terdiri dari berbagai organ. Ibarat jam yang bekerja dari sekumpulan roda gigi.

Merangkai huruf bukanlah perkara mudah. Merangkai kata adalah hal yang sukar. Namun menulis adalah kenikmatan. Bagai memetik anggur di ladang, maka menulis adalah memetik huruf dan merangkainya. Layaknya perasan sari anggur, menulis memabukan dalam nikmatnya, ketika tinta diperas keluar dari pena.

Setiap sejarah selalu diawali dengan tulisan. Setiap kejadian adalah catatan yang tertulis. Peradaban diawali dengan aksara. Ilmu dipelajari dari perkamen - perkamen. Tiada kita tahu apel yang jatuh atau bumi yang bulat jika Newton dan Galileo tidak mencatatnya. Tidaklah kita tahu nikmat cinta dan perjuangan jika Ghibran dan Malaka tidak menuliskannya. Dan tidaklah kita tahu khittah Tuhan kala Muhammad tidak menyampaikan Al-Quran.

Tulislah apa yang kau lihat. Tulislah apa yang kau dengar. Tulislah apa yang kau cium. Tulislah apa yang kau Kecup. Tulislah apa yang kau sentuh. Tulislah apa yang kau rasa. Tulislah yang kau pikirkan. Tulislah apa kata hatimu.

Catatlah setiap kejadian. Catatlah setiap peristiwa. Catatlah pesan yang tersampaikan. Sampaikanlah agar orang tahu. Menulislah, menulislah dan menulislah. Maka kau akan dikenal. Maka kau akan didengar. Maka kau akan bahagia. Maka kau akan abadi.

Minggu, 28 Juli 2013

JUST KIDDING

Oleh : Titin Nurjanah

Salah sasaran
Hari ini ada kegiatan dalam organisasi yang kuikuti, mengharuskankku untuk perPakaian rapi dan memakai jaket almamater, setelah selesai acara  dari kampus aku  segera meluncur ke daerah Manyar, ada panggilan tugas untuk memberikan pelajaran tambahan, ekonomi mahasiswa pinggiran memang agak kembang kempis, berbagai cara dilakukan untuk sekedar makan atau membayar kost, terutama aku yang liburan masih menelusuri kota Surabaya demi recehan yang bernama rupiah.

Sore itu aku masuk gang komplek yang lumayan sepi,  aku agak terburu-buru aku berhenti sejenak tepat di berhenti  tepat di depan mobil avanza yang sedang parkir berlawanan arah, aku melapas jaket almamter yang masih kuPakai, rasanya kurang etis kalau bertamu ke rumah.
Loh, saya melanggar ta Pak??” aku tidak merasa melalukan pelanggaran, apa aku yang tidak tahu pearturan lalu lintas? Pikirku dalam hati.
“Iya kamu berhenti sembarangan kan tadi?” Pak Polisi menegur.
“Keluarkan SIM” kata Polisi yang satunya.
“Gak punya Pak  hehe “  tanpa rasa bersalah  sambil mencoba mencairkan suasana.
Keluarkan STNK” kata Polisi.
“Kalau ini saya punya Pak” Aku membuka dompet, ternyata tidak ada.
Oh iya di dalam jaket hehe” mengingis sambil memandang Pak Polisi.
Mbaknya pelajar kuliah kerja?”
“Kuliah Pak, tapi ini saya sambil kerja ngelesin Pak”
“Asalnya dari mana?”
“Lamongan Pak”
“Lampung ya?”
“Hehe iya tepatnya lamongan kampong”
Orang ini tahu aja, jangan jangan mukaku udah kampungan lagi, hati hati aja Pak, gak akan ada yang ikut sidang atau mengeluarkan uang sepeser pun atas penghinaan ini”  bisik setan dalam hati.
“Karena melanggar dan tidak membawa SIM mbak harus ikut sidang” kata Pak Polisi menawarkan pilihan.
“Haduh Pak, saya sudah terburu-buru, ini juga sudah terlambat sebenarnya”
“Atau bayar denda” Pak Polisi memeberikan tawaran.
“Denda Pak? Tega ya?“ aku mengeluarkan dompet membuka dan menunjukkan kepada orang-orang di depanku, sebenarnya isinya banyak, mungkin terlalu banyak banyak untuk diambil. 1 lembar pecahan 5000, 1 lembar pecahan 1000, 2 koin 500, 4 koin 200 dan 3 koin 100. Hmmm tersenyum padaku dengan nada kecewa.
“Nanti kalau ban sepeda kamu bocor gimana?”
“Kan masih ada 5000 Pak”
“Cek cek..  mahasiswa , kamu itu nglanggar tidak punya SIM”.
“Iya Pak” dalam hatiku lebih tepatnya sudah melanggar tidak punya SIM dan tidak punya uang
….
Tips buat kamu-kamu  yang gak punya SIM,
1. Jangan simpan uang di dompet, simpanlah uang di kaos kaki atau di bawah bantal
2. Tampilkan muka melas,
3. Jangan perlihatkan kalau kamu takut.

Rabu, 24 Juli 2013

UNDANGAN; BERGABUNGLAH DENGAN KAMI!

SALAM PENA!
Menulis tak akan membuat jemarimu patah, dengan tulisan, kau akan bisa menggapai apa yang tidak bisa digapai jemari kecil tak berdayamu. Menulis tak akan membuatmu terlihat menyedihkan, duduk dalam kesendirian dan bergumam dengan pena dan kertas. Menulis tak akan membuatmu mati, dia akan membuatmu hidup lebih lama lagi.

Menulislah, dunia telah bersinar. Menulislah, kau akan dikenal. Rangkailah kata-kata, karena dengan kata yang engkau rangkai kau akan mengubah dunia dengan apa yang kau tuliskan. Itu semua dengan tulisan, hal kecil yang seringkali kau anggap sampah. Apakah kau percaya?

Percayalah bahwa garis takdir yang telah digambar oleh Tuhan, tak lebih dari titik-titik kecil tak berarti. Sama halnya denganmu bukan, wahai manusia kerdil tak berdaya? Namun sadarkah kau, tanpa satu titik kecil, tak kan ada garis-garis selanjutnya. Tanpa satu titik kecil, tak kan ada tulisan-tulisan yang indah, yang membuat kamu melayang-layang dibuatnya. Dan garis takdir itu, terdiri dari titik-titik kecil.

Manusia memang tak terlihat begitu berharga jika dibandingkan dengan malaikat. Tapi setidaknya, manusia akan menjadi berharga ketika mereka menggunakan pikiran dan kebebasan yang dianugerahkan padanya.
Menulis adalah kebebasan, dengan menulis setidaknya kau telah membuktikan bahwa kau begitu berharga. Jadilah bagian dari garis takdir baru, kembali memberikan warna pada garis hitam pekat yang kini mulai memudar. Dengan kuning, merah, hijau dan jinggamu, mari mengukir sejarah baru untuk rumah tua kita dalam satu gerakan.

Kalimat tidak akan terwujud tanpa kata, kata tidak akan terwujud tanpa sebuah titik, dan titik tidak akan terwujud tanpa adanya niat dan kemauan. Datanglah dan jadilah pencetus baru bagi perubahan baik untuk diri dan lingkungan.

Selasa, 23 Juli 2013

SELAMAT DATANG

Selamat datang di Blog komunitas menulis mahasiswa jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Airlangga
 

Daftar Blog Saya