Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 03 Agustus 2013

MAHABBAH TULISAN

Oleh : Imamulhuda Alsiddiq

            Jika ditanya kenapa saya menulis? Saya akan menjawab bahwa jika mayat bisa diawetkan dengan formalin, maka pemikiran bisa diawetkan dengan tulisan. Melalui tulisan, gagasan dan  ide saya bisa lebih mengenang. Bagaimana mungkin seorang perempuan jelita bisa terbayang-bayang lelaki pujaannya tanpa kenal waktu, jika ia tidak jatuh hati padanya, dan bagaimana mungkin ide dan gagasan kita bisa hinggap menerkam imajinasi orang lain jika tidak ditransformasikan, dan instrumen tulisan-lah yang sangat mungkin untuk melakukan hal tersebut.

Transformasi ide dan gagasan dapat melalui media apapun. Audio visual, tatap muka, atau yang sedikit berbau mistik, melalui mimpi, dan lain sebagainya, akan tetapi tulisan adalah entitas yang dapat dibaca berulang-ulang, sehingga transfer ide, gagasan, ilmu dan pengetahuan dapat berlangsung semakin tajam. Ide tidak mudah sirna dengan tulisan, gagasan tidak mudah hilang dengan tulisan, ilmu tidak menjadi semu, dan pengetahuan tidak hanya jadi angan.

            Sebenarnya menulis tidak jauh berbeda dengan hobi-hobi insan lainnya. Menulis tidak jauh berbeda dengan menyanyi, menulis tidak jauh berbeda dengan bermain musik, menulis-pun tidak jauh berbeda dengan bermain bola. Apa yang membuat mereka tidak jauh berbeda? Yakni pada proses untuk mendapatkannya. Prosesnya hampir sama, yaitu sering-sering berlatih.

Menulis merupakan kombinasi dari kemampuan kognitif dan kemampuan psikomotorik. Meskipun demikian kemampuan psikomotorik-lah yang paling mendominasi untuk membangun kemampuan menulis. Tanpa adanya latihan, latihan dan latihan, mencoba, mencoba dan mencoba, mustahil kemampuan menulis bisa terbangun dengan baik. Oleh karena itulah tidak salah jika salah satu senior saya menyatakan bahwa belajar menulis bak belajar menggayuh sepeda. Bukan teori yang ditekankan, melainkan coba dan mencoba.

Ketika kecil, kita tentu sangat ingat betul bagaimana kala itu kita belajar bersepeda. Kaki kecil nan imut kita belajar menggayuh sepeda ketika itu, naek dan ternyata terjatuh. Tak pantang menyerah, kita pun mencoba lagi. Sekian banyak kita mencoba sekian banyak pula kita terjatuh ketika itu. Tapi bukan kita namanya kalo pantang menyerah. Sampai akhirnya kita bisa menggayuh, dan sepeda kecil yang berbunyi “ngek ngek ngek” itu pun bisa kita kendarai dengan mulusnya. Tapi sepertinya laju sepeda masih terlihat tak beraturan, senggol kanan dan sengol kiri. Jangan khawatir, itu merupakan permulaan yang baik, sampai akhirnya kita bisa menggayuh sepeda dengan baik, sepeda gayuh itu pun akhirnya bisa berjalan aduhai.

            Layaknya belajar bersepeda, belajar menulis pun demikian, berawal dari keinginan yang sangat sulit untuk membangunnya, berlanjut membuat prosa dan menentukan diksi-diksi yang cantik, sampai pada tulisan yang utuh, kita pasti mengalami proses jatuh bangun, sampai pada akhirnya bisa berdiri tegap dan benar-benar meyakinkan. Jangan berhenti ketika engkau jatuh, dan jangan putus asa ketika engkau sakit. Kata kuncinya ada pada coba, coba dan coba.

Mengawali menulis tidak selalu membuahkan hasil yang baik. Kritik dan saran dari pihak lain sangatlah dibutuhkan untuk membuat kemampuan menulis kita bisa terasah dengan baik. Oleh karena itu mari kita semua berkumpul dan berhimpun pada satu wadah dalam upaya saling mengisi, saling bertukar pengetahuan, kemampuan, keahlian dalam segala hal terutama menulis. Melalui wadah ini mari kita bentuk sociowriter-sociowriter selanjutnya dalam bingkai kekeluargaan.

Kemampuan-kemampuan yang sangat bervariasi dan heterogen, berkumpul menjadi satu dan saling bertukar akan menghasilkan individu ataupun komunitas yang khas dan skillable. Pelangi dikatakan indah karena terdiri dari berbagai warna, dan komunitas dikatakan indah dan kuat jika terdiri dari berbagai variasi skill yang dihiasi dengan sikap saling mengisi. SELAMAT MENCINTAI TULISAN, SELAMAT SALING MENGISI, SEMANGAT PENA, DAN SALAM SOCIOWRITERS.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Daftar Blog Saya