Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Minggu, 04 Agustus 2013

MAHASISWA SEBAGAI PEMEGANG TONGKAT ESTAFET DIMASA DEPAN

Oleh : Anis Mubasyiroh

Dalam pidatonya Ir. Soekarno mengatakan: “Berikan aku seribu orang tua, maka akan aku pindahkan semeru dari akarnya. Dan berikan aku sepuluh pemuda, maka akan aku guncangkan dunia“. Dari kalimat tersebut, kita dapat memaknai bahwa betapa pentingnya peran pemuda sebagai generasi penerus yang memegang tongkat estafet dalam kurun waktu beberapa puluh tahun waktu kedepan.

Untuk menghadapi masa yang akan datang itu, pemerintah merancang sistem pendidikan sedemikian rupa agar menghasilkan output yang sesuai dengan apa yang menjadi harapan bangsa Indonesia terhadap kaum muda khusunya mahasiswa.
Mahasiswa dianggap sebagai kaum intelektual, para pemuda yang terdidik, serta terbentuk menjadi insan yang siap berperan di masa mendatang, dan akan menggantikan posisi penting dalam kehidupan ini. Mahasiswa benar-benar menjadi harapan tanah air Indonesia menuju ke arah yang lebih baik dari kondisi saat ini, harapan itu sangat besar. Harapan itu tidak akan muncul pada orang-orang yang tidak dapat dipercaya.

Sebagai orang yang telah dipercaya untuk memegang tongkat estafet bangsa Indonesia dimasa yang akan datang, kita harus benar-benar memanfaatkan kesempatan itu dengan sungguh-sungguh. Siapa lagi yang akan diamanahi jika kaum muda itu tidak sanggup  untuk mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik dari seluruh aspek kehidupan ini.

Harapan yang besar itu tidak menjadikan seluruh mahasiswa sadar akan peran yang harus di emban selama menjadi mahasiswa. Dengan mengamati potret mahasiswa saat ini menunjukkan realitas yang berbanding terbalik dengan yang diharapkan, sehingga menimbulkan kekhawatiran.

Jumlah mahasiswa Indonesia saat ini sekitar 4,8 juta orang. Bila dihitung terhadap populasi penduduk berusia 19-24 tahun, maka angka partisipasi kasarnya baru 18,4 persen. (kompas, 2011). Hal ini menunjukkan tidak banyak kesempatan yang dimiliki kaum muda untuk menikmati pendidikan di perguruan tinggi.

Mahasiswa sebagai motor penggerak perubahan. mahasiswa dikenal dengan jiwa pengorbanan yang tak kenal lelah mempertahankan idealismenya, yang lebih substansial lagi adalah mahasiswa mampu berada sedikit di atas kelas masyarakat karena dengan kesempatan dan kelebihan yang dimilikinya sebagai insan yang menggunakan daya nalar yang tinggi dan kritis  terhadap berbagai persoalan terkait dengan kemajuan bangsanya.

Melihat potensi mahasiswa yang begitu besar, tidak sepantasnyalah peran mahasiswa yang hanya mementingkan kebutuhan pribadi saja. Melainkan harus tetap berkontribusi terhadap bangsa dan negaranya, bukan menjadi mahasiswa yang tanggung jawabnya hanya sebatas study oriented.

Pernah ada pengalaman selama mengadakan penelitian di sebuah pedesaan, yang masyarakatnya dapat dikategorikan menuju arah transisi dari segi pola berpikirnya. Ketika kita datang untuk mengadakan penelitian. Seorang kepala desa beserta perangkatnya langsung menyambut kita dengan penuh antusias dan sangat menghargai kehadiran kita.

Mereka berharap dengan status kita yang menjadi mahasiswa dapat mengubah keadaan masyarakat dengan permasalahan yang begitu kompleks, terutama di bidang sosial ekonominya. Mereka berpesan agar sungguh-sungguh selama menjadi mahasiswa, agar kelak sukses dan bisa membantu  masyarakat kecil seperti kita yang tak didengar aspirasinya.

Dari sini saya merasa sangat kecewa terhadap diri saya sendiri, karena belum menggunakan kesempatan selama menjadi mahasiswa dengan sungguh-sungguh, dan saya masih tergolong menjadi mahasiswa yang study oriented serta belum berkontribusi kepada masyarakat. Semoga dengan ini, kita bisa menjadi pembelajaran bagi kita, agar kita selalu instropeksi dan memperbaiki keadaan mahasiswa saat ini.

Kehidupan tidak bersifat statis, dengan mengamati realitas sosial saat ini merepresentasikan potret mahasiswa mengalami pergeseran nilai-nilai dan tujuan dalam belajar. Mahasiswa kini tak lagi idealis seperti dulu, yang memainkan perannya dalam belajar dan mengabdi pada masyarakat. Saat ini mahasiswa tidak menggunakan kesempatan belajar di perguruan tinggi dengan sungguh-sungguhh, yang lebih parah lagi adalah dan lebih mengutamakan kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup, dengan menghabiskan masa mudanya, uang ataupun materi hanya untuk  menuruti keinginan.

Kekerasan juga seringkali menjadi alternatif yang memang dirancang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Demikian juga dalam bidang ekonomi-politik, ketimpangan ekonomi yang melatarbelakangi masyarakat dapat menjadi pemicu terjadinya kekerasan mahasiswa. Ketika harga-harga sembako atau BBM naik, misalnya, segenap elemen mahasiswa merasa harus melakukan sesuatu untuk mencegah kondisi ekonomi di masyarakat semakin buruk. Namun dengan cara yang seperti itu yang terjadi hanyalah memperburuk keadaan, seperti perusakan, kerusuhan dan kekerasan yang dilakukannya.

Dalam perebutan kekuasaan di lingkungan internal mahasiswa, seperti Pemilu Raya (Pemira) di kampus, mahasiswa melakukan upaya mobilisasi di kalangan mereka untuk mengumpulkan suara sebanyak-banyaknya. Mobilisasi itu menggunakan taktik diantaranya dengan pemaksaan, ancaman, teror hingga kekerasan secara fisik.
Perilaku tersebut sangat tidak mencerminkan generasi muda yang diharapkan oleh bangsa Indonesia. Namun  tak semua mahasiswa seperti itu, masih banyak harapan untuk mahasiswa yang benar-benar mampu menggunakan kesempatan dalam belajar dan lebih peduli pada masyarakat seperti kita. Kita harus bisa menjadi mahasiswa yang berfungsi secara ideal, yaitu :

Agent of Change : Mahasiswa sebagai agen perubahan, yang mempunyai fungsi ideal, tidak hanya menggunakan ilmunya untuk dirinya sendiri. Namun, harus mampu mengajak dan memengaruhi orang-orang disekelilingnya untuk mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik dalam segala hal melalui pemikiran dan daya kritisnya yang kuat.

Iron Stock : peran mahasiswa yang tak kalah penting adalah mahasiswa dengan ketangguhan idealismenya akan menjadi pengganti generasi-generasi sebelumnya, tentu dengan kemampuan dan akhlak yang mulia. Peran oraganisasi kampus dapat memengaruhi kualitas mahasiswa, dengan adanya kaderisasi dan penanaman nilai yang baik akan menjadikan kualitas mahasiswa yang siap untuk menggantikan peran penting dikehidupan mendatang. Selain itu, mempelajari kesalahan-kesalahan pada generasi masa sebelumnya adalah sangat penting, agar kedepannya dapat dijadikan evaluasi untuk pengembangan diri.

Social Control : Peran mahasiswa sebagai kontrol sosial terjadi ketika ada kebijakan pemerintah yang kontra dengan kehendak masyarakat luas. Mahasiswa dengan gagasan dan ilmunya memiliki peranan menjaga dan memperbaiki nilai dan norma sosial dalam masyarakat. Mahasiswa harus menumbuhkan jiwa sosial yang peduli pada keadaan rakyat yang mengalami penderitaan, ketidakadilan, dan ketertindasan. Kontrol sosial dapat dilakukan ketika pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan yang merugikan rakyat, maka dari itu mahasiswa bergerak sebagai perwujudan kepedulian terhadap rakyat.

Pergerakan mahasiswa bukan hanya sekedar turun ke jalan saja, melainkan harus lebih substansial lagi yaitu diskusi, kajian dan lain sebagainya. Bukan hanya itu, sifat peduli terhadap rakyat juga dapat ditunjukkan ketika mahasiswa dapat memberikan bantuan baik secara moril dan materil bagi siapa saja yang membutuhkannya.

Moral force : kekuatan moral adalah fungsi yang utama dalam peran mahasiswa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Mahasiswa dalam kehidupannya dituntut untuk dapat memberikan contoh dan teladan yang baik dan benar bagi masyarakat luas. Karena mahasiswa adalah bagian dari masyarakat sebagai kaum intelektual yang memiliki kesempatan untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi.

Semoga kita termasuk kaum muda yang dapat memanfaatkan kesempatan sebaik-baiknya, bersungguh-sungguh dalam mengemban amanah. Hidup tidak untuk main-main, dan senantiasa berbenah diri untuk bangsa Indonesia yang lebih baik dan berdaya. Sesuai dengan Tuhan : “Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (Q.S. Al An’aam [6]: 3).

1 komentar:

  1. Tulisanmu bagus nis, :) semangat menulis

    Komentar: memang mahasiswa menyebut dirinya sebagai agent of change, namun alangkah lebih baiknya jika mahasiswa bisa menjadi "leader of change" dan iron dirubah menjadi "golden"stock. :)

    BalasHapus

 

Daftar Blog Saya