Oleh : Isra Yuda
Satu
dari sekian banyak keajaiban di dunia adalah buku. Lembaran kertas yang saling
menumpuk dan berisi jutaan kata - kata. Keajaiban buku terletak pada isi
sekaligus manfaat yang ada. Melalui buku, kata - kata dirangkai menjadi
kalimat, diikat dengan tinta dalam bidang datar yang tipis. Pena mengukir huruf
demi huruf oleh tangan manusia. Kata yang terangkai merupakan bentuk seni indah
yang sangat unik dan orisinil.
Setiap
bentuk huruf yang ditulis tangan manusia selalu berbeda satu sama lain. Penulis
selalu memiliki gaya huruf yang berbeda - beda. Buku tidak hanya memuat kata,
namun juga gambar, angka, garis, bentuk, bahkan simbol. Begitu banyak simbol
yang dapat ditulis hingga tak pernah habis tinta dan pena untuk mengukirnya
dalam kertas - kertas. Bahkan Tuhan pun menulis kepada hamba di dunia. Bahkan
Tuhan, berkomunikasi dengan makhluknya melalui tulisan.
Sebuah
tulisan adalah ungkapan, adalah pikiran, adalah rasa, adalah karya. Tulisan
selalu dapat mewakili baik pikiran maupun karakter penulis. Membaca tulisan
merupakan bentuk lain dari dialog. Hanya saja kita tidak secara langsung
berhadapan dengan penulis. Membaca artinya menyelami pikiran, pesan, rasa dan
karakter penulis. Huruf, goresan, kalimat, kata, gambar, paragraf, baris, semua
itu adalah satu kesatuan utuh. Ibarat tubuh yang terdiri dari berbagai organ.
Ibarat jam yang bekerja dari sekumpulan roda gigi.
Merangkai
huruf bukanlah perkara mudah. Merangkai kata adalah hal yang sukar. Namun
menulis adalah kenikmatan. Bagai memetik anggur di ladang, maka menulis adalah
memetik huruf dan merangkainya. Layaknya perasan sari anggur, menulis memabukan
dalam nikmatnya, ketika tinta diperas keluar dari pena.
Setiap
sejarah selalu diawali dengan tulisan. Setiap kejadian adalah catatan yang
tertulis. Peradaban diawali dengan aksara. Ilmu dipelajari dari perkamen -
perkamen. Tiada kita tahu apel yang jatuh atau bumi yang bulat jika Newton dan
Galileo tidak mencatatnya. Tidaklah kita tahu nikmat cinta dan perjuangan jika
Ghibran dan Malaka tidak menuliskannya. Dan tidaklah kita tahu khittah Tuhan
kala Muhammad tidak menyampaikan Al-Quran.
Tulislah
apa yang kau lihat. Tulislah apa yang kau dengar. Tulislah apa yang kau cium. Tulislah
apa yang kau Kecup. Tulislah apa yang kau sentuh. Tulislah apa yang kau rasa.
Tulislah yang kau pikirkan. Tulislah apa kata hatimu.
Catatlah
setiap kejadian. Catatlah setiap peristiwa. Catatlah pesan yang tersampaikan.
Sampaikanlah agar orang tahu. Menulislah, menulislah dan menulislah. Maka
kau akan dikenal. Maka kau akan didengar. Maka kau akan bahagia. Maka kau akan
abadi.
Diambil dari Blog pribadi : http://israyuda.wordpress.com/2013/07/22/menulis-menulis-menulis-prosa/
0 komentar:
Posting Komentar